Artikel

Investasi dalam Bayang-Bayang Iklim: Menilai Ekuitas Global Melalui Perspektif Risiko Iklim

Iklim yang tidak menentu dan berubah-ubah menimbulkan tantangan serius bagi investor dalam membuat keputusan bisnis jangka panjang. Perubahan iklim berpotensi berdampak besar pada bisnis, nilai aset, dan masyarakat. Perubahan iklim akan terjadi disebabkan adanya pendorong sistemik atas peristiwa perubahan cuaca yang ekstrem, diantaranya karena meningkatnya tingkat emisi gas rumah kaca selama beberapa dekade mendatang.

Dampak potensial perubahan iklim dapat meliputi dampak langsung pada perusahaan dan rantai pasokan, konsekuensi ekonomi dari kebijakan dan respons regulasi terhadap perubahan iklim, dan/atau dampak tidak langsung pada pasar keuangan dalam skala global melalui meningkatnya ketidakpastian yang lebih luas dan penghindaran risiko.

Dalam konteks ini, Morningstar Sustainalytics (Juli, 2024) baru-baru ini merilis penelitiannya, bahwa 38% dari 3.373 perusahaan publik berkapitalisasi pasar besar dan menengah secara signifikan tidak sejalan dengan target NZE. Sementara pengetatan aturan ESG global dan standar pelaporan emiten mengharuskan investor untuk melihat strategi iklim melalui lensa yang lebih tajam. Temuan tersebut berdasarkan penelitian dari Morningstar Sustainalytics yang menggunakan metode Low Carbon Transition Rating (LCTR), Physical Climate Risk Metrics (PCRM), dan berdasarkan sebagian dari dunia investasi global yang diidentifikasi oleh Morningstar Global Markets Large-Mid Cap Index.

Studi baru yang dilakukan oleh Martin Vezer, Associate Director Morningstar Sustainalytics ESG Research, sebanyak 3.373 perusahaan yang terdaftar dalam tolok ukur ekuitas global Morningstar, menemukan bahwa 38%, 23%, dan 15% dari perusahaan-perusahaan tersebut berdasarkan bobot indeks secara signifikan, sangat tidak selaras dengan tujuan NZE di masa depan.

Tabel Ekuitas Global Melalui Sudut Pandang Peringkat Transisi Rendah Karbon Morningstar Sustainalytics

Tabel Ekuitas Global Melalui Sudut Pandang Peringkat Transisi Rendah Karbon Morningstar Sustainalytics (Sumber: sustainalytics)

Apa arti penting dari temuan tersebut bagi perusahaan dan pemangku kepentingan di Indonesia?

Temuan Sustainalytics bahwa 38% dari perusahaan besar dan menengah secara signifikan tidak selaras dengan target NZE, menunjukkan bahwa risiko iklim adalah masalah yang nyata dan material. Menurut Martin Vezer, semakin baik investor memahami risiko ini dan bagaimana perusahaan-perusahaan beradaptasi terhadapnya, semakin siap mereka menghadapi risiko-risiko yang berkaitan dengan perubahan iklim dan mengembangkan strategi investasi yang tepat.

Baik Investor maupun pemangku kepentingan lainnya harus menyadari bahwa perusahaan yang tidak mempersiapkan diri untuk transisi ke ekonomi rendah karbon dapat menghadapi berbagai risiko, termasuk peningkatan biaya operasional, penurunan nilai aset, dan defisit reputasi.

Dampak positif dari temuan Sustainalytics ini dapat menjadi strategi investor dan pemangku kepentingan mengidentifikasi perusahaan mana yang berisiko lebih tinggi dan mana yang lebih siap menghadapi perubahan iklim. Bagi Investor, hal ini memungkinkan mereka untuk membuat keputusan investasi berdasarkan informasi yang baik, menghindari perusahaan yang berisiko tinggi, dan berinvestasi pada perusahaan yang menunjukkan kepemimpinan dalam keberlanjutan.

Investor mungkin juga perlu menyesuaikan portofolio mereka untuk mengurangi eksposur terhadap perusahaan yang tidak selaras dengan target NZE dan meningkatkan alokasi pada perusahaan yang proaktif dalam mengelola risiko iklim. Alex Bryan, Direktur ESG Research Associate, Morningstar Indexes, mengatakan tolok ukur pasar yang luas memberi investor pengungkapan yang kuat terhadap kumpulan peluang global dan merupakan fondasi yang kuat untuk membangun analisis yang lebih spesifik seputar risiko investasi terkait ESG. Diversifikasi ini dapat membantu mengurangi risiko dan memanfaatkan peluang yang terkait dengan transisi ke ekonomi rendah karbon.

Adanya pengetatan ESG global dan standar pelaporan emiten, transparansi mengenai strategi iklim perusahaan patut menjadi pekerjaan rumah yang penting untuk dijawab oleh perusahaan kepada para pemangku kepentingan. Baik investor maupun pemerintah, misalnya, harus menuntut lebih banyak informasi dan pelaporan yang akurat dari perusahaan mengenai upaya mereka dalam menghadapi risiko iklim dan mencapai target nol karbon.

Informasi dan pelaporan yang akurat dari perusahaan sangat penting sebagai bentuk transparansi yang menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai regulator, yakni menjalankan komitmen Paris Agreement yang telah diratifikasi dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement To The United Nations Framework Convention On Climate Change (Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim) dan komitmen pengurangan emisi karbon yang tertulis dalam Enhanced Nationally Determined Contributions (ENDC) 2022 sebagai upaya memitigasi potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim. Oleh karena itu, penerapan ESG yang baik akan sangat membantu penerapan ENDC.

Diolah dari berbagai sumber.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like