Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengadakan workshop yang bertajuk Peluang dan Tantangan Implementasi Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS) di Indonesia.
Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan regulasi, kemajuan teknologi, dan optimalisasi investasi dalam pelaksanaan Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung transisi energi yang berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Elen Setiadi, Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kemenko Perekonomian, menegaskan bahwa tanggung jawab lingkungan harus disertakan dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%.
“Inovasi teknologi seperti CCS menjadi solusi strategis dalam mengurangi emisi karbon tanpa menghambat pembangunan industri. Dengan kapasitas penyimpanan geologi yang luas, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan CCS di Asia,: ujar Deputi Elen, dikutip Sabtu (1/3/2025).
Dengan pertumbuhan ekonomi 5,02% (yoy) pada kuartal IV tahun 2024, Indonesia telah menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat di tengah ketidakpastian global. Diharapkan bahwa penerapan CCS akan membantu mengurangi emisi dalam industri, menarik investasi baru, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan daya saing industri nasional.
Workshop ini membahas berbagai elemen penting yang berkaitan dengan pelaksanaan CCS di Indonesia akan dibahas. Ini termasuk operasi CCS lintas batas antara Indonesia dan Singapura, serta kerangka hukum dan kebijakan yang mendukung pelaksanaannya.
Selain itu, dibahas pula skema pajak karbon di Singapura serta aspek teknis CCS, termasuk mekanisme pengukuran, titik transfer, dan manajemen risiko. Pemerintah juga menyoroti berbagai model pendanaan serta dukungan yang dapat diberikan untuk mempercepat proyek CCS.
Untuk menjamin keberlanjutan program, pertimbangan lingkungan dan regulasi penyimpanan karbon, seperti mekanisme akuntansi karbon dan pelacakan emisi, juga menjadi perhatian utama.
Selain itu, aspek biaya dan model bisnis CCS dikaji untuk memastikan investasi yang berkelanjutan, serta potensi kolaborasi antara Indonesia dan Singapura dalam pengembangan proyek. Selain itu, juga dibicarakan tentang pembaruan keterlibatan Pertamina dalam proyek CCS.
Workshop dihadiri oleh perwakilan kementerian terkait, perusahaan energi seperti Pertamina dan ExxonMobil, serta pemangku kepentingan internasional, termasuk delegasi dari Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura. Kolaborasi antara sektor publik dan swasta menjadi kunci sukses dalam mengembangkan ekosistem CCS yang kompetitif secara global.
“Indonesia dapat menjadi destinasi utama bagi investasi CCS dengan infrastruktur yang terintegrasi dan regulasi yang mendukung. Sinergi antara pemangku kepentingan sangat penting agar CCS dapat berkontribusi secara optimal terhadap transisi energi dan pertumbuhan ekonomi nasional,” tambah Elen.
Selain itu, Ary Sudijanto, Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon dari Kementerian Lingkungan Hidup, mengatakan bahwa CCS membantu meningkatkan nilai ekonomi dengan mengelola potensi sumber daya geologi Indonesia.
Ini juga dapat meningkatkan minat investasi di Indonesia dan di luar negeri. Kedepannya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian ESDM akan bekerja sama untuk membuat Roadmap Implementasi CCS-Cross Border di Indonesia.
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Bidang Sinkronisasi Kebijakan Program Prioritas Ekonomi Dewan Ekonomi Nasional Tubagus Negara menyampaikan dalam paparannya bahwa pemerintah harus mempertimbangkan tiga prioritas utama untuk mendukung pelaksanaan teknologi CCS: meningkatkan pasar domestik dan internasional untuk mencapai harga ekonomi, mempercepat pembahasan peraturan, mempercepat proses transisi, dan menetapkan Champion CCS di lembaga pemerintah untuk mendukung daya saing di luar negeri.
Workshop ini merupakan langkah awal dalam pengembangan CCS di Indonesia. Diharapkan melalui forum ini, kebijakan dan strategi yang tepat dapat dirumuskan untuk mendukung implementasi CCS secara luas, sejalan dengan upaya netralitas karbon di seluruh dunia.