Ekonomi Hijau

Tiga Scope Pengukuran Emisi Karbon Perusahaan, Metode dan Cara Menghitungnya

Far away, behind the word mountains, Vokalia and Consonantia, there live the they live in Bookmarksgrove right at the.

Pada dasanya perubahan iklim terjadi akibat peningkatan intensitas kegiatan ekonomi di muka bumi.  Begitu pula di Indonesia, kegiatan ekonomi juga membuat kita rentan terhadap dampak perubahan iklim. Salah satunya terjadi sepanjang tahun 2021, di mana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah menghasilkan emisi karbon yang berbahaya bagi lingkungan. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), emisi karbon di Indonesia pada tahun 2021 akibat kebakaran hutan dan lahan mencapai 41,4 juta ton CO2e (Carbon dioxide equivalent).

Selain itu, perusahaan juga tercatat sebagai pihak yang paling banyak berkontribusi pada peningkatan emisi karbon. Emisi karbon dari produksi dan pengolahan minyak bumi serta industri manufaktur tercatat 57% dari total emisi sektor energi. Sedangkan dari pengadaan listrik adalah 12%, dari transportasi mencapai 18%, dari pemukiman adalah 7%; sedangkan dari kegiatan lainnya 6%.

Terdapat 3 (tiga) scope dalam pengukuran emisi karbon perusahaan.

 

Scope Pengukuran Emisi Karbon
Scope Pengukuran Emisi Karbon

Ada beberapa gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama pemanasan global, dengan karbon dioksida (CO2) sebagai penyumbang terbesar. Perusahaan harus dapat mengukur jejak karbon dari operasi mereka. Tanpa kemampuan untuk mengukur emisi karbon, perusahaan tidak akan dapat mengembangkan strategi pengurangan karbon yang optimal dan mengevaluasi penerapannya. Setiap perusahaan harus menghitung dan membuat daftar untuk emisi langsung dan tidak langsung.

Secara umum, sumber emisi perusahaan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu emisi yang dihasilkan sendiri (Scope 1), emisi dari energi yang dibeli (Scope 2) dan emisi dari aktivitas lain yang berada di luar kendali dan kontrol langsung perusahaan, yaitu: emisi dari perjalanan rantai pasokan dengan angkutan umum dan emisi dari aktivitas yang disponsori perusahaan meskipun perusahaan hanya memiliki sebagian kecil sumber daya yang dikontribusikan (Scope 3).

Pengukuran emisi tidak langsung biasanya dilakukan secara bertahap sambil menunggu pelepasan emisi oleh perusahaan. Perusahaan mulai dengan menghitung jejak karbon operasi bisnis, dengan asumsi bahwa itu akan jauh lebih besar dari pada jejak karbon rumah tangga. Banyak referensi mengusulkan untuk mengklasifikasikan sumber emisi menjadi tiga kelompok sebagai scope 1, 2 dan 3.

Nilai GWP/GRK

  Industrial designation or common name   Chemical formula GWP values for 100-year time horizon
Second Assessment Report (SAR) Fourth Assessment Report (AR4) Fifth Assessment Report (AR5)
Carbon dioxide CO2 1 1 1
Methane CH4 21 25 28
Nitrous oxide N2O 310 298 265

Scope 1 adalah emisi karbon dari kegiatan dimana kita memiliki kendali penuh, misal pengoperasian boiler, genset atau alat/fasilitas lainnya yang menggunakan bahan bakar fosil termasuk kendaraan milik perusahaan untuk transportasi orang/barang. Sumber lainnya bisa dari proses produksi yang menghasilkan gas-gas rumah kaca (GRK) lainnya, seperti CH4, PF5 dan lain-lain. Data yang kita perlukan adalah data jumlah bahan bakar fosil yang dipakai, misal berapa liter solar dalam setahun. Data ini dapat diperoleh dari bukti pembelian solar dari bagian keuangan atau pembelian.

Scope 2 adalah emisi dari energi yang dibeli atau dibawa dari luar, misalnya listrik yang digunakan dari PLN. Data yang dibutuhkan adalah data jumlah listrik (dalam kWh) per tahun yang dapat diperoleh dari tagihan listrik di PLN.

Matriks System Tier

Tier Data yang Diperlukan Metode
Aktivitas Aktivitas
Tier-1 Konsumsi bahan bakar (NCV default IPCC-2006) Faktor emisi default IPCC-2006 Metode-1
Tier-2 Konsumsi bahan bakar (NCV nasional atau NCV di unit pembangkitan) Faktor emisi nasional Metode-1
Faktor emisi spesifik di unit pembangkit listrik (tidak terdapat data karbon yang tidak terbakar dan menggunakan faktor oksidasi default nasional) Metode-2
Tier-3 Konsumsi bahan bakar per teknologi pembakaran (NCV di unit pembangkitan) Faktor emisi spesifik di unit pembangkit (terdapat data kandungan karbon dan faktor oksidasi spesifik di unit pembangkit listrik) Metode-2
Faktor emisi spesifik di unit pembangkit listrik (terdapat data karbon yang tidak terbakar) Metode-3
Emisi GRK sesuai CEMS* Metode-4

Sumber: IPCC 2006 dan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM 2018

 * Jika CEMS dioperasikan sesuai prosedur penggunaan alat (sertifikasi, kalibrasi, dan jam operasi minimal 97,5%)

Contoh Perhitungan Untuk Konsumsi Listrik
Contoh Perhitungan Untuk Konsumsi Listrik

Scope 3 terkait dengan emisi dari operasi pemasok yang memasok barang ke operasi perusahaan. Sebagai aturan umum, emisi scope 3 jarang dihitung, bukan hanya karena sulitnya mengakses data, tetapi juga karena jumlahnya yang relatif kecil. Data lain yang diperlukan adalah faktor konversi untuk mengubah KWh dan kuantitas bahan bakar menjadi emisi CO2 (setara ton). Jika emisi yang kita hitung bukan gas rumah kaca CO2, maka kita memerlukan data Potensi Pemanasan Global.

Setelah menghitung emisi karbon, kita dapat mengetahui kontribusi kita terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Kita kemudian dapat mengidentifikasi potensi pengurangan karbon dan menetapkan target pengurangannya.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like