ESG Update, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan target jumlah pengguna jasa bursa karbon dapat melebihi 100 pada tahun 2024. Hal ini merupakan dua kali lipat dari pencapaian pada tahun 2023.
Menurut Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, tercapainya target ini tergantung pada keberhasilan integrasi sistem Apple Gatrik dengan sistem registrasi nasional pengendalian perubahan iklim (SRN-PPI).
Jeffrey menyatakan, “Kami optimistis bahwa jika pengguna jasa dapat melebihi 100, target penambahan sebanyak 50 setidaknya dapat tercapai. Artinya, jika akhir tahun kemarin terdapat 46 pengguna, pada akhir tahun 2024 setidaknya akan ada 96 pengguna. Jumlah ini bisa bertambah sesuai dengan perkembangan.”
Dengan harapan bahwa integrasi kedua layanan tersebut dapat meningkatkan pasokan di SRN-PPI, BEI berharap peningkatan suplai tersebut akan membawa peningkatan permintaan di bursa karbon.
Jeffrey menambahkan, “Kami berharap dengan adanya berbagai pilihan, permintaan juga akan meningkat.”
Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bertanggung jawab sebagai penerbit sertifikat pengurangan emisi, sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatur SRN-PPI.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa hingga 30 November 2023, tercatat 41 pengguna jasa di Bursa Karbon yang telah mendapatkan izin. Ini menunjukkan penambahan sebanyak 16 pengguna dalam sebulan, dibandingkan dengan 25 pengguna pada 31 Oktober 2023. Dengan target yang ambisius, BEI berharap dapat mencapai peningkatan dua kali lipat pengguna di tahun 2024 mendatang.
“Ini mencakup penjualan dengan total volume sebesar 490.716 ton CO2 ekuivalen dan nilai akumulasi sekitar Rp30,70 miliar,” kata Inarno dalam Konferensi Pers RDK OJK pada November lalu. Rincian penjualan bursa karbon mencakup 30,56% di pasar reguler (Rp9,38 miliar), 9,24% di pasar negosiasi (Rp2,84 miliar), dan 60,20% di pasar lelang (Rp18,8 miliar).
3 Comments