Bisnis

Harga Litium dan Nikel Merosot: Tantangan Berat bagi Industri Pertambangan

ESG Update, Jakarta – Energi dari logam transisi, seperti nikel, yang sebelumnya diharapkan, kini menjadi hambatan bagi industri pertambangan, menyebabkan penundaan proyek dan kegagalan berbagai kesepakatan.

Menurut laporan Bloomberg pada Senin (29/1/2024), harga litium turun lebih dari 80% dari rekor tertinggi pada akhir 2022, dipicu kekhawatiran pasar terkait kekurangan pasokan yang berujung pada akumulasi surplus persediaan.

Selain itu, harga nikel dan kobalt juga merosot akibat lonjakan produksi baru di tengah kekhawatiran bahwa transisi ke kendaraan listrik (electric vehicle/EV) mungkin tidak sehalus dan sesegera yang diperkirakan.

Kondisi saat ini berbanding terbalik secara dramatis dengan lonjakan harga beberapa tahun terakhir, di mana harga nikel dan kobalt melonjak, dan pemain besar di industri otomotif bergegas untuk mengamankan pasokan di masa depan.

Logam transisi energi, khususnya nikel, yang sebelumnya diantisipasi sebagai potensi positif, kini menjadi tantangan bagi dunia pertambangan, menghambat proyek dan mengakibatkan kegagalan berbagai kesepakatan. Menurut bankir investasi pertambangan dan eksekutif industri, produsen mobil listrik saat ini tampak “bersikap dingin” dan enggan terlibat dalam diskusi kesepakatan.

Rendahnya harga juga menyulitkan pembangun tambang untuk mengumpulkan dana dari sumber-sumber tradisional, sementara industri ini juga menghadapi inflasi yang meningkat, yang berdampak pada biaya pembangunan proyek baru.

Proses pembangunan tambang baru membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, dan proyek yang terhenti sulit untuk dimulai kembali. Meskipun sebagian besar pasar baterai mengalami surplus saat ini, kelangkaan baterai diperkirakan akan muncul pada akhir dekade ini seiring dengan percepatan proses penghijauan perekonomian.

Tom Price, Kepala Strategi Komoditas di Liberum Capital, menekankan bahwa investor harus menunggu bukti penyeimbangan kembali antara penambang litium dan kobalt sebelum mempertimbangkan pembelian eksposur. Ia menyatakan bahwa tidak ada yang ajaib dalam pasar input kendaraan listrik seperti litium dan kobalt, dan ketika harga jatuh, proyek dan pasokan terhenti, mirip dengan pasar komoditas lainnya.

Beberapa perusahaan tambang, seperti Horizonte Minerals Plc di Brazil dan Core Lithium Ltd. di Australia, mengalami penurunan aktivitas atau mencari pembiayaan darurat akibat penurunan harga kobalt dan litium. Penurunan valuasi saham, meskipun beberapa kesepakatan gagal terwujud, membantu meningkatkan minat investor di sektor pertambangan.

Meskipun sejumlah kesepakatan dengan produsen mobil pada tahun sebelumnya gagal, karena para calon pembeli skeptis terhadap percepatan kendaraan listrik yang lebih lambat dari perkiraan awal dan kebutuhan mendesak untuk bahan baku, persaingan uang tunai diperkirakan akan meningkat, menarik perhatian investor yang masih bersedia berinvestasi di industri ini. Para analis memperkirakan bahwa aktivitas sibuk di sektor pertambangan, terutama di Australia Barat, mungkin akan berlanjut.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

You may also like